Pages

Search

Tuesday 14 September 2010

LELANG SUMBANGAN

Jum’at 10 September 2010


bertepatan dengan 1 Syawal 1431 H a.k.a Idul Fitri(Lebaran). Seperti biasa aku berlebaran di kampungku di Lubuk Alung (LA) dan melaksanakan Shalat Ied di Surau Tl. Belibi, dekat dengan rumahku. Beberapa tahun terakhir keluargaku melaksanakan shalat Ied disini, mungkin alasannya karena kondisi suraunya sangat kondusif. Surau ini lebih mirip mesjid modern dari pada sebuah surau, dalam bayanganku yang namanya surau itu mempunyai arsitektur “maso saisuak” begitu Guru Sejarah SMA ku mengibaratkan masa lampau. Sebenarnya surau ini adalah surau baru yang dibangun utnuk daya tampung yang lebih besar, disebabkan surau lama sudah tidak muat lagi.

Tapi, kali ini kiita tidak akan bahas tentang surau ini. Kita akan membahas tentang sebuah hal. Nah, biasanya sebelum Shalat Ied dilaksanakan, paras pengurus mesjid akan mengumpulkan sumbangan dari para Jama’ah.


Suasana pengumpulannya bagiku lebih mirip “Pelelangan” karena hampir selalu menyebutkan jumlah uang yang disumbangkan beserta pemberi sumbangan dan menanyakan siapa lagi (kalo gak salah). Dan para jama’ah lain akan terpancing untuk ikut menyumbang. Uang yang terkumpul dihitung saat itu juga oleh beberapa orang yang duduk di depa dan dihitung sampai tahu berapa besar hasil sumbangan yang didapat sebelum shalat dan dah nyampai target gaknya..(ckckck).

Dari awal aku kurang sreg dengan cara ini. Bagiku acara seperti ini lebih menonjolkan unsur riya’ (wallahu’alam) soalnya paras penyumbangan akan bilang sumbangan ini dari siapa dan penerima sumbangan akan berteriak begitu juga sang moderator apabila sudah tau siapa penyumbanganya. Bagiku cukuplah hanya kita dan ALLAH yang tau berapa berapa besar sumbangan kita .(*tapi mungkin karena faktor kedudukan di masyarakat yang membuat hal ini terjadi)

Yang paling membuat aku kesal, pernah suatu kali shalat Iednya lama banget dilaksanakannya. Hal ini disebakan para pengurus merasa Pengumpulan sumbangan belum cukup banyak sesuai target mereka. Maka para jama’ah banyak yang pulang setelah Sholat Ied, padahal belum kutbah, karena kepanasan dan kelelahan menunggu acara pengumpulan sumbangan yang lama sekali.

Mungkin maksud Para pengurus baik, tapi tolong perhatikan keadaan. Jangan karena mengejar target dan melestarikan budaya yang jauh dari nilai-nilai ketawadhu’an jadi malah membuat Jama’ah antipati

Mohon maaf atas segala kesalahan dalam pembuatan tulisan ini. Lebih banyak bersumber dari pemikiran sang penulis.

2 comments:

  1. Setujuh..
    Emg bnyk yg kyk gt,klo gede jumlahnya disebutin namanya,klo 10000 hamba Allah..

    ReplyDelete
  2. "Hamba Allah sakauik..."

    familiar banget..

    ReplyDelete

Isi komennya ya..